Halaman

1/31/2013


BAB I


I.      PENDAHULUAN

Salah satu konsep pendidikan yang sedang aktual dewasa ini adalah sistem magang bagi siswa SMK. Di Jerman sistem ini disebut dual sistem, di Australia disebut dengan apprentice system. Dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional khususnya pada SMK sistem magang ini operasionalnya disebut dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang diadopsi dari istilah Jerman dual system. Pelaksanaan PSG menggunakan acuan yang mendasar yang tertulis dalam buku "Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Global" yang disusun oleh Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997). Inti dari program ini adalah upaya untuk mendekatkan pendidikan kejuruan ke dunia usaha/industri.
Kebijakan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah Link and match, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri khususnya. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link and Match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pada hakikatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di tingkat SMK, masyarakat, dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika yang terjadi.
Menurut Kepmendiknas R.I. Nomor 323/U/1997 tentang penyelenggaraan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan, PSG ini merupakan suatu proses pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja dan secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
Secara teknis, siswa SMK dalam jangka waktu tertentu dikirim ke dunia usaha /industri (DUDI) untuk bekerja pada jenis profesi tertentu yang sesuai dengan bidang studinya. Dengan program ini, maka siswa akan lebih mengenal dunia kerja, sehingga setelah lulus akan lebih mudah beradaptasi karena berbekal keahlian profesi yang pernah didapatkan dari dunia kerja. Selain itu, lulusan SMK kelak lebih profesional menekuni profesinya di dunia usaha dan atau di dunia industri.
Tantangan persaingan ketenagakerjaan pada era globalisasi semakin ketat dan kritis, sehingga pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan tidak mungkin ditunda lagi. Pengembangan sumber daya manusia yang berpendidikan menengah dilakukan melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan siap bekerja dalam bidang tertentu.
Peningkatan kerja sama dengan dunia usaha perdagangan dan industri selain dilakukan dengan program PSG, juga telah dilakukan dengan cara mengikutsertakan dunia usaha dalam forum konsultasi guna membantu kesesuaian lulusan dengan kebutuhan pembangunan. Kesadaran semacam ini perlu dibangun secara seksama dan terus-menerus guna mempersiapkan para lulusan yang cerdas dan kompetitif baik secara lokal, nasional, maupun secara global.
Sementara itu, jika dilihat dalam praktik pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda, masih cukup banyak ditemui adanya keragaman Penerapan program PSG di masing-masing SMK di Kota Jambi. Variasi praktik yang ditemukan mungkin disebabkan adanya kesenjangan pemahaman program PSG antar sekolah atau karena upaya maksimal manajemen kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak dunia usaha yang belum dicapai. Kurang maksimalnya kualitas implementasi program PSG tersebut ditandai dengan: ‘Persentase keterserapan tamatan SMK yang masih rendah, pelaksanaan praktik kerja siswa yang kurang mengenai sasaran, kurangnya antusias dunia usaha/industri untuk memanfaatkan peluang siswa praktikan sebagai tenaga yang berpotensi menguntungkan perusahaannya, dan lain-lain’.
Persentase keterserapan tamatan SMK swasta di Kota Jambi kurang maksimal. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya jumlah tamatan SMK swasta yang berhasil berusaha secara mandiri, magang di luar, dan diterima di perusahaan swasta. Sebagian besar tamatan SMK tersebut masih memperebutkan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil. Memperhatikan latar belakang masalah tersebut, maka perlu dicermati faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap kewirausahaan pada siswa SMK swasta di Kota Jambi. Faktor-faktor tersebut antara lain: persepsi siswa tentang dunia usaha/industry (DUDI), kecakapan siswa tentang PSG, motivasi belajar siswa, kurikulum yang diterapkan di SMK, sikap pelayanan DUDI terhadap praktikan, implementasi program PSG, disiplin kerja guru, motivasi kerja guru, kompetensi guru, dan lain-lain, sehingga dapat diidentifikasi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.       Apakah terdapat pengaruh antara kecakapan siswa tentang PSG dengan sikap kewirausahaan siswa?
2.      Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang DUDI dengan sikap kewira-usahaan siswa?
3.      Apakah terdapat pengaruh antara motivasi belajar siswa dengan sikap kewira-usahaan siswa?
4.      Apakah terdapat pengaruh antara kurikulum yang diterapkan di SMK dengan sikap kewirausahaan siswa?
5.      Apakah terdapat pengaruh antara sikap pelayanan DUDI terhadap praktikan dengan sikap kewirausahaan siswa
6.      Apakah terdapat pengaruh antara disiplin kerja guru dengan sikap kewira-usahaan siswa?
7.      Apakah terdapat pengaruh antara disiplin kerja guru dengan dengan sikap kewira-usahaan siswa?
8.      Apakah terdapat pengaruh antara motivasi kerja guru dengan sikap kewirausahaan siswa?
9.      Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi guru dengan sikap kewirausahaan siswa?
10.  Apakah terdapat pengaruh antara mata pelajaran produktif dengan sikap kewirausahaan siswa?
Berdasarkan identifikasi masalah seperti yang dikemukakan tersebut, maka tidak tertutup kemungkinan masih terdapat faktor lain yang juga berhubungan dengan variabel sikap kewirausahaan siswa pada SMK swasta di kota Jambi. Faktor-faktor lain yang mungkin memiliki hubungan dengan sikap kewirausahaan siswa di SMK itu tidak dapat disebutkan secara satu persatu dan detail dalam penelitian ini.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagaimana dikemukakan dalam identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang diajukan, maka, secara operasional permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apakah terdapat pengaruh antara persepsi siswa tentang dunia usaha/industri dengan sikap kewirausahaan siswa?
2.      Apakah terdapat pengaruh antara kecakapan siswa tentang program PSG dengan sikap kewirausahaan siswa?
3.      Apakah terdapat pengaruh antara mata pelajaran produktif dengan sikap kewirausahaan siswa?
4.      Apakah terdapat pengaruh antara persepsi siswa tentang dunia usaha/industri kecakapan siswa, tentang program PSG dan kreatifitas kerja guru secara, bersama­sama dengan sikap kewirausahaan siswa?

II. RINGKASAN TINJAUAN TEORITIK
1.      Pengaruh antara Persepsi Siswa tentang Dunia Usaha/Industri (DUDI) dengan Sikap Kewirausahaan Siswa

Persepsi siswa, tentang dunia, usaha/industri dapat diartikan sebagai proses menafsirkan pesan atau informasi oleh siswa, tentang dunia, usaha/industri yang telah mangadakan perjanjian kemitraan dalam mewujudkan PSG dimana penilaian setiap siswa, berbeda-beda bergantung kepada, perhatian, mind-set, kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian dan keadaan kejiwaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan sikap kewirausahaan siswa, adalah kecenderungan siswa, yang dipengaruhi oleh komponen kognitif, afektif, dan konatif untuk merespon secara positif, netral, atau negatif dalam memanfaatkan peluang, mengoptimalisasikan sumberdaya, berinovasi tinggi, dan mengambil resiko ketika mereka berada dalam lingkungan keda dunia usaha/industri.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda, Sekolah Menengah Kejuruan membutuhkan institusi pasangan yaitu Dunia Usaha dan Dunia Industri sebagai tempat praktik keda siswa. Sebelum melaksanakan PSG siswa mendapat pembekalan, baik pembekalan khusus tentang PSG, maupun hasil belajar selama mengikuti pendidikan sebelum pelaksanaan PSG tersebut. Pengalaman belajar dan pembekalan yang diberikan tersebut akan membentuk persepsi siswa tentang keberadaan DUDI.
Persepsi setiap siswa tentang keberadaan DUDI akan berbeda satu dengan yang lain. Siswa yang memiliki persepsi positif mengenai keberadaan DUDI sebagai tempat latihan kerja tentu akan memanfaatkan dengan sebaik mungkin peluang untuk membekali diri untuk membuka usaha sendiri. Keinginan untuk membuka usaha sendiri ini merupakan salah satu indikator bahwa siswa tersebut memiliki sikap kewirausahaan yang tinggi. Sedangkan siswa yang menganggap DUDI hanya sekedar mitra SMK yang tidak akan memberikan kontribusi yang menguntungkan terhadap dirinya, tentu tidak akan tertarik untuk terjun di dunia tersebut dan tidak akan ada keinginan untuk membuka usaha sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki sikap kewirausahaan yang rendah. Persepsi siswa tentang keberadaan DUDI dalam menjalankan tugasnya menjadi mitra SMK akan menentukan wujud sikap kewirausahaan para siswa SMK tersebut. Jika para siswa memiliki persepsi positif tentang keberadaan DUDI, maka sikap kewirausahaan siswa akan positif. Sebaliknya, jika persepsi para siswa bersifat negatif tentang DUDI, maka sikap kewirausahaan siswa juga akan negatif. Dengan demikian, dapat diduga terdapat hubungan positif antara persepsi siswa tentang DUDI dengan sikap kewirausahaan siswa.
2. Pengaruh antara Kecakapan Siswa tentang PSG dengan Sikap Kewira­usahaan Siswa
Kecakapan siswa tentang Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah pengeta-huan yang cukup memadai bagi siswa yang diperoleh melalui pembekalan selama pendidikan sebelum PSG untuk menjalankan tuntutan tugas dalam pekerjaan dengan sepatutnya seperti yang diinginkan lingkungan kerja di dunia usaha/industri ketika melaksanakan program PSG.
Sedangkan yang dimaksud dengan sikap kewirausahaan siswa adalah kecenderungan siswa yang dipengaruhi oleh komponen kognitif, afektif, dan konatif untuk merespon secara positif, netral, atau negatif dalam memanfaatkan peluang, mengoptimalisasikan sumberdaya, berinovasi tinggi, dan mengambil resiko ketika mereka berada dalam lingkungan keda dunia usaha/industri.
Dalam mengimplementasikan program PSG, maka SMK telah menciptakan kondisi sekolah sedemikian rupa agar program tersebut dapat terlaksana dengan lancar dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk keperluan tersebut ada upaya sekolah untuk mempersiapkan secara matang tentang perencanaan dan pelaksa-naan pembekalan teori (ilmu pengetahuan) maupun yang berkaitan dengan kerja praktik di DUDI maupun komponen keterampilan dan kecakapan siswa yang harus dimiliki sebelum mereka terjun melaksanakan program PSG tersebut. Program pembekalan yang dipersiapkan oleh SMK tersebut akan menentukan tingkat kecakapan para siswa pada program PSG yang akan dilaksanakannya.
Siswa yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya disiplin dalam program PSG, kerjasama dalam program PSG, pengambilan inisiatif dalam program PSG, kerajinan dalam program PSG, tanggungjawab dalam program PSG, perilaku positif dalam program PSG, dan motivasi untuk bekerja sesuai tuntutan dunia kerja, tentu menyadari bahwa dalam berusaha setiap orang harus bertindak rasional. Siswa tersebut juga menyadari bahwa setiap perilaku positif tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi usahanya. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa itu memiliki sikap kewirausahaan yang tinggi. Jika tingkat kecakapan para siswa tentang program PSG tinggi, maka sikap kewirausa-haan siswa akan positif. Sebaliknya, jika para siswa memiliki tingkat kecakapan rendah tentang program PSG, maka sikap kewirausahaan siswa akan negatif Dengan demikian, dapat diduga terdapat hubungan positif antara kecakapan siswa tentang pelaksanaan program PSG dengan sikap kewirausahaan siswa.
3.         Pengaruh antara Mata Pelajaran Produktif dengan Sikap Kewira-usahaan Siswa
Mata pelajaran produktif adalah pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus yang diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Pembelajaran produktif diberikan di bengkel/instalasi masing-masing jurusan. Semakin cakap siswa dibekali mata pelajaran produktif maka diharapkan semakin terampil dan timbulnya sikap kewirausahaan siswa.
4.         Pengaruh antara Persepsi Siswa tentang DUDI , Kecakapan Siswa tentang Program PSG dan Mata Pelajaran Produktif secara bersama-sama dengan Sikap Kewirausahaan
Persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri berbeda-beda bergantung kepada perhatian, mind-set, kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian dan keadaan kejiwaan. Persepsi tersebut berupa tanggapan siswa terhadap struktur organisasi DUDI, penilaian siswa terhadap DUDI sebagai tempat mengenal dunia usaha/industri, pandangan siswa terhadap DUDI sebagai tempat menerapkan teori dari sekolah, harapan siswa terhadap DUDI sebagai tempat mengasah keterampilan, dan kebutuhan siswa terhadap Kemitraan SMK dengan DUDI.
Siswa yang menilai DUDI adalah tempat terbaik untuk mengenal dunia usaha/industri, tempat menerapkan teori dari sekolah, tempat mengasah keterampilan, tentu akan melaksanakan PSG dengan sebaik-baiknya. Keinginan untuk melaksanakan PSG dengan sebaik mungkin ini akan mendorong siswa mendapatkan pembekalan yang cukup memadai dari sekolah sehingga siswa tersebut memiliki pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan PSG. Siswa akan mengetahui dengan baik akan pentingnya disiplin, kerjasama, pengambilan inisiatif, kerajinan, tanggungjawab, perilaku positif, dan motivasi untuk bekerja sesuai tuntutan dunia kerja. Hal ini pada akhimya akan menyadarkan siswa bahwa semua perilaku positif akan mendatangkan keuntungan dan tentu juga akan menyadarkan siswa akan pentingnya berwirausaha.
Persepsi siswa tentang DUDI dan kecakapan siswa tentang PSG secara bersama-­sama, memiliki hubungan positif dengan sikap kewirausahaan. Artinya, jika persepsi siswa tentang DUDI positif, maka semakin tinggi tingkat kecakapannya tentang program PSG yang dilaksanakan oleh SMK. Dan semakin tinggi tingkat kecakapan siswa tentang program PSG di SMK, akan mendorong sikap kewirausahaan siswa tersebut ke arah yang positif juga. Dengan perkataan lain, diduga terdapat hubungan positif antara persepsi siswa tentang DUDI dan kecakapan siswa tentang program PSG, secara bersama-sama dengan sikap kewirausahaan siswa.
5.      Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.      Terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa tentang DUDI dengan sikap kewirausahaan siswa.
2.      Terdapat pengaruh positif antara kecakapan siswa tentang PSG dengan sikap kewirausahaan siswa.
3.      Terdapat pengaruh positif kreatifitas kerja guru dengan sikap kewirausahaan siswa.
4.      Terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa tentang DUDI, kecakapan siswa tentang PSG dan mata pelajaran produktif secara bersama-sama dengan sikap kewirausahaan siswa.

III. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini tergolong penelitian korelasional yang sifatnya melukiskan hubungan antara variabel Persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri (X1), dengan Sikap kewirausahaan siswa (Y); melukiskan hubungan antara. variabel Kecakapan siswa tentang PSG (X2) dengan Sikap kewirausahaan siswa (Y); melukiskan hubungan antara pelajaran produktif (X3) dengan Sikap kewirausahaan siswa (Y), dan melukiskan hubungan antara Persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri (XI) , Kecakapan siswa tentang PSG (X2) dan mata pelajaran produktif (X3) secara bersama-sama dengan Sikap kewirausa-haan siswa (Y).

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket Rating Scale yang dibuat berdasarkan kisi-kisi dari variabel-variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer, karena pengukuran langsung dilakukan pada responder.
Konstelasi hubungan yang mengaitkan variabel-variabel penelitian Persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri (X1), variabel Kecakapan siswa tentang PSG (X2), kreatifitas kerja guru (X3), dan variabel Sikap kewirausahaan siswa (Y) digambarkan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.


 











Gambar 3. Konstelasi Pengaruh antara Variabel Persepsi Siswa tentang Dunia Usaha/Industri (XI), Variabel Kecakapan Siswa dalam Program PSG (X2) dan Variabel Mata Pelajaran Produktif (X3) dengan Variabel Sikap Kewirausahaan Siswa (Y)
Keterangan:       X1 = Persepsi siswa tentang DUDI
   X2 = Kecakapan siswa tentang program PSG.
  X3 = Mata Pelajaran Produktif.
  Y   = Sikap kewirausahaan siswa
   S  =  Variabel lain
Berdasarkan konstelasi yang digambarkan di atas, dapat diketahui bahwa persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri (X1) dan variable Kecakapak Siswa tentang Program PSG (X2), Kreatifitas Kerja Guru (X3) merupakan variable bebas (predictor), sedangkan variable Sikap Kewirausahaan Siswa (Y) sebagai variable terikat (kriterium).