BAB I
I. PENDAHULUAN
Salah satu konsep pendidikan yang
sedang aktual dewasa ini adalah sistem magang bagi siswa SMK. Di Jerman sistem
ini disebut dual sistem, di Australia disebut dengan apprentice
system. Dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional khususnya pada SMK
sistem magang ini operasionalnya disebut dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
yang diadopsi dari istilah Jerman dual system. Pelaksanaan PSG
menggunakan acuan yang mendasar yang tertulis dalam buku "Keterampilan
Menjelang 2020 untuk Era Global" yang disusun
oleh Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997). Inti dari program ini adalah upaya
untuk mendekatkan pendidikan kejuruan ke dunia usaha/industri.
Kebijakan
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang dikembangkan
untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah Link and
match, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri
khususnya. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam
kebijakan Link and Match diantaranya adalah model penyelenggaraan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pada hakikatnya PSG merupakan suatu strategi
yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif
yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di
tingkat SMK, masyarakat, dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan
dinamika yang terjadi.
Menurut Kepmendiknas R.I. Nomor
323/U/1997 tentang penyelenggaraan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan,
PSG ini merupakan suatu proses pendidikan keahlian
profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program
pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
kegiatan bekerja di dunia kerja dan secara terarah untuk mencapai suatu
tingkat keahlian profesional tertentu.
Secara
teknis, siswa SMK dalam jangka waktu tertentu dikirim ke dunia usaha /industri
(DUDI) untuk bekerja pada jenis profesi tertentu yang sesuai dengan bidang studinya.
Dengan program ini, maka siswa akan lebih mengenal dunia kerja, sehingga setelah
lulus akan lebih mudah beradaptasi karena berbekal keahlian profesi yang pernah
didapatkan dari dunia kerja. Selain itu, lulusan SMK kelak lebih profesional
menekuni profesinya di dunia usaha dan atau di dunia industri.
Tantangan persaingan ketenagakerjaan
pada era globalisasi semakin ketat dan kritis, sehingga pengembangan sumber
daya manusia melalui pendidikan tidak mungkin ditunda lagi. Pengembangan sumber daya manusia yang berpendidikan menengah
dilakukan melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mempersiapkan
tenaga kerja yang berkualitas dan siap bekerja dalam bidang tertentu.
Peningkatan
kerja sama dengan dunia usaha perdagangan dan industri selain dilakukan
dengan program PSG, juga telah dilakukan dengan cara mengikutsertakan dunia
usaha dalam forum konsultasi guna membantu kesesuaian lulusan dengan kebutuhan pembangunan. Kesadaran semacam ini perlu dibangun
secara seksama dan terus-menerus guna mempersiapkan
para lulusan yang cerdas dan kompetitif baik secara lokal, nasional, maupun secara
global.
Sementara itu, jika dilihat dalam
praktik pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda, masih cukup banyak ditemui adanya
keragaman Penerapan program PSG di masing-masing SMK di Kota Jambi. Variasi praktik yang ditemukan mungkin disebabkan
adanya kesenjangan pemahaman program PSG antar sekolah atau karena upaya
maksimal manajemen kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak dunia
usaha yang belum dicapai. Kurang maksimalnya kualitas implementasi program PSG
tersebut ditandai dengan: ‘Persentase keterserapan tamatan SMK yang masih
rendah, pelaksanaan praktik kerja siswa yang
kurang mengenai sasaran, kurangnya antusias dunia usaha/industri untuk memanfaatkan
peluang siswa praktikan sebagai tenaga yang berpotensi menguntungkan
perusahaannya, dan lain-lain’.
Persentase
keterserapan tamatan SMK swasta di Kota Jambi kurang maksimal. Hal ini ditandai
dengan masih rendahnya jumlah tamatan SMK swasta yang berhasil berusaha secara
mandiri, magang di luar, dan diterima di perusahaan swasta. Sebagian besar
tamatan SMK tersebut masih memperebutkan
pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil. Memperhatikan latar belakang
masalah tersebut, maka perlu dicermati faktor-faktor yang berhubungan dengan
sikap kewirausahaan pada siswa SMK swasta di Kota Jambi. Faktor-faktor tersebut
antara lain: persepsi siswa tentang dunia usaha/industry (DUDI), kecakapan
siswa tentang PSG, motivasi belajar siswa, kurikulum yang diterapkan di SMK,
sikap pelayanan DUDI terhadap praktikan, implementasi program PSG, disiplin
kerja guru, motivasi kerja guru, kompetensi guru, dan lain-lain, sehingga dapat
diidentifikasi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara kecakapan
siswa tentang PSG dengan sikap kewirausahaan siswa?
2. Apakah
terdapat pengaruh persepsi siswa tentang DUDI dengan sikap kewira-usahaan
siswa?
3. Apakah
terdapat pengaruh antara motivasi belajar siswa dengan sikap kewira-usahaan
siswa?
4. Apakah
terdapat pengaruh antara kurikulum yang diterapkan di SMK dengan sikap
kewirausahaan siswa?
5. Apakah
terdapat pengaruh antara sikap pelayanan DUDI terhadap praktikan dengan sikap
kewirausahaan siswa
6. Apakah
terdapat pengaruh antara disiplin kerja guru dengan sikap kewira-usahaan siswa?
7. Apakah
terdapat pengaruh antara disiplin kerja guru dengan dengan sikap kewira-usahaan
siswa?
8. Apakah
terdapat pengaruh antara motivasi kerja guru dengan sikap kewirausahaan siswa?
9. Apakah
terdapat pengaruh antara kompetensi guru dengan sikap kewirausahaan siswa?
10. Apakah
terdapat pengaruh antara mata pelajaran produktif dengan sikap kewirausahaan
siswa?
Berdasarkan
identifikasi masalah seperti yang dikemukakan tersebut, maka tidak tertutup
kemungkinan masih terdapat faktor lain yang juga berhubungan dengan variabel sikap kewirausahaan siswa pada SMK swasta di kota Jambi. Faktor-faktor
lain yang mungkin memiliki hubungan dengan sikap kewirausahaan siswa di
SMK itu tidak dapat disebutkan secara satu persatu dan detail dalam penelitian
ini.
Berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan sebagaimana dikemukakan dalam identifikasi masalah dan
pembatasan masalah yang diajukan, maka, secara operasional permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah terdapat pengaruh antara persepsi siswa tentang
dunia usaha/industri dengan sikap kewirausahaan siswa?
2.
Apakah terdapat pengaruh antara kecakapan siswa tentang
program PSG dengan sikap kewirausahaan siswa?
3.
Apakah terdapat pengaruh antara mata pelajaran
produktif dengan sikap kewirausahaan siswa?
4.
Apakah terdapat pengaruh antara persepsi siswa tentang dunia usaha/industri
kecakapan siswa, tentang program PSG dan kreatifitas kerja guru secara,
bersamasama dengan sikap kewirausahaan siswa?
II.
RINGKASAN TINJAUAN TEORITIK
1.
Pengaruh
antara Persepsi Siswa tentang Dunia Usaha/Industri (DUDI) dengan Sikap
Kewirausahaan Siswa
Persepsi siswa,
tentang dunia, usaha/industri dapat diartikan sebagai proses menafsirkan pesan
atau informasi oleh siswa, tentang dunia, usaha/industri yang telah mangadakan perjanjian kemitraan dalam mewujudkan
PSG dimana penilaian setiap siswa,
berbeda-beda bergantung kepada, perhatian, mind-set, kebutuhan, sistem
nilai, ciri kepribadian dan keadaan kejiwaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan sikap kewirausahaan
siswa, adalah kecenderungan siswa, yang dipengaruhi oleh komponen
kognitif, afektif, dan konatif untuk merespon secara positif, netral, atau
negatif dalam memanfaatkan peluang, mengoptimalisasikan
sumberdaya, berinovasi tinggi, dan mengambil resiko ketika mereka berada
dalam lingkungan keda dunia usaha/industri.
Dalam
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda, Sekolah Menengah Kejuruan membutuhkan
institusi pasangan yaitu Dunia Usaha dan Dunia Industri sebagai tempat praktik
keda siswa. Sebelum melaksanakan PSG siswa mendapat pembekalan, baik pembekalan
khusus tentang PSG, maupun hasil belajar selama mengikuti pendidikan sebelum pelaksanaan PSG tersebut. Pengalaman
belajar dan pembekalan yang diberikan tersebut akan membentuk persepsi
siswa tentang keberadaan DUDI.
Persepsi setiap siswa tentang keberadaan DUDI akan
berbeda satu dengan yang lain. Siswa yang memiliki persepsi positif
mengenai keberadaan DUDI sebagai tempat latihan
kerja tentu akan memanfaatkan dengan sebaik mungkin peluang untuk membekali
diri untuk membuka usaha sendiri. Keinginan untuk membuka usaha sendiri ini
merupakan salah satu indikator bahwa siswa tersebut memiliki sikap
kewirausahaan yang tinggi. Sedangkan siswa yang menganggap DUDI hanya sekedar
mitra SMK yang tidak akan memberikan kontribusi yang menguntungkan terhadap
dirinya, tentu tidak akan tertarik untuk terjun
di dunia tersebut dan tidak akan ada keinginan untuk membuka usaha
sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki sikap kewirausahaan yang rendah. Persepsi siswa tentang
keberadaan DUDI dalam menjalankan
tugasnya menjadi mitra SMK akan menentukan wujud sikap kewirausahaan para siswa SMK tersebut. Jika para
siswa memiliki persepsi positif tentang keberadaan DUDI, maka sikap
kewirausahaan siswa akan positif. Sebaliknya, jika
persepsi para siswa bersifat negatif tentang DUDI, maka sikap kewirausahaan
siswa juga akan negatif. Dengan demikian, dapat diduga terdapat hubungan
positif antara persepsi siswa tentang DUDI dengan sikap kewirausahaan
siswa.
2. Pengaruh antara Kecakapan Siswa tentang PSG dengan Sikap Kewirausahaan Siswa
Kecakapan siswa tentang
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah pengeta-huan yang cukup memadai bagi siswa
yang diperoleh melalui pembekalan selama pendidikan sebelum PSG untuk
menjalankan tuntutan tugas dalam pekerjaan dengan sepatutnya seperti yang
diinginkan lingkungan kerja di dunia usaha/industri ketika melaksanakan program
PSG.
Sedangkan
yang dimaksud dengan sikap kewirausahaan siswa adalah kecenderungan siswa yang dipengaruhi oleh komponen
kognitif, afektif, dan konatif untuk merespon secara positif, netral,
atau negatif dalam memanfaatkan peluang, mengoptimalisasikan
sumberdaya, berinovasi tinggi, dan mengambil resiko ketika mereka berada
dalam lingkungan keda dunia usaha/industri.
Dalam
mengimplementasikan program PSG, maka SMK telah menciptakan kondisi
sekolah sedemikian rupa agar program tersebut dapat terlaksana dengan lancar dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk
keperluan tersebut ada upaya sekolah untuk
mempersiapkan secara matang tentang perencanaan dan pelaksa-naan pembekalan
teori (ilmu pengetahuan) maupun yang berkaitan dengan kerja praktik di DUDI maupun komponen keterampilan dan kecakapan
siswa yang harus dimiliki sebelum
mereka terjun melaksanakan program PSG tersebut. Program pembekalan yang dipersiapkan oleh SMK tersebut akan menentukan
tingkat kecakapan para siswa pada program PSG yang akan dilaksanakannya.
Siswa
yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya disiplin dalam program PSG, kerjasama dalam program PSG,
pengambilan inisiatif dalam program PSG, kerajinan dalam program PSG,
tanggungjawab dalam program PSG, perilaku
positif dalam program PSG, dan motivasi untuk bekerja sesuai tuntutan dunia kerja, tentu menyadari bahwa dalam berusaha setiap
orang harus bertindak rasional. Siswa
tersebut juga menyadari bahwa setiap perilaku positif tersebut akan mendatangkan
keuntungan bagi usahanya. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa itu memiliki
sikap kewirausahaan yang tinggi. Jika tingkat kecakapan para siswa tentang program PSG tinggi, maka sikap kewirausa-haan siswa
akan positif. Sebaliknya, jika para siswa memiliki tingkat kecakapan
rendah tentang program PSG, maka sikap kewirausahaan siswa akan negatif Dengan
demikian, dapat diduga terdapat hubungan positif antara kecakapan siswa tentang
pelaksanaan program PSG dengan sikap kewirausahaan siswa.
3.
Pengaruh antara Mata Pelajaran Produktif dengan
Sikap Kewira-usahaan Siswa
Mata pelajaran produktif adalah pembelajaran
kejuruan yang merupakan kemampuan khusus yang diberikan kepada siswa
sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya.
Pembelajaran produktif diberikan di bengkel/instalasi masing-masing jurusan. Semakin cakap siswa dibekali mata
pelajaran produktif maka diharapkan semakin terampil dan timbulnya sikap
kewirausahaan siswa.
4.
Pengaruh antara Persepsi Siswa tentang DUDI ,
Kecakapan Siswa tentang Program PSG dan Mata Pelajaran Produktif secara
bersama-sama dengan Sikap Kewirausahaan
Persepsi siswa
tentang Dunia Usaha/Industri berbeda-beda bergantung kepada perhatian, mind-set,
kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian dan keadaan kejiwaan. Persepsi
tersebut berupa tanggapan siswa terhadap struktur organisasi DUDI, penilaian
siswa terhadap DUDI sebagai tempat mengenal dunia usaha/industri, pandangan
siswa terhadap DUDI sebagai tempat menerapkan teori dari sekolah, harapan siswa
terhadap DUDI sebagai tempat mengasah
keterampilan, dan kebutuhan siswa terhadap Kemitraan SMK dengan DUDI.
Siswa yang menilai DUDI adalah tempat terbaik untuk
mengenal dunia usaha/industri, tempat menerapkan teori dari sekolah, tempat
mengasah keterampilan, tentu akan melaksanakan PSG dengan sebaik-baiknya.
Keinginan untuk melaksanakan PSG dengan sebaik mungkin ini akan mendorong siswa
mendapatkan pembekalan yang cukup memadai dari sekolah sehingga siswa tersebut
memiliki pengetahuan yang baik tentang
pelaksanaan PSG. Siswa akan mengetahui dengan baik akan pentingnya disiplin, kerjasama, pengambilan inisiatif,
kerajinan, tanggungjawab, perilaku positif, dan motivasi untuk bekerja
sesuai tuntutan dunia kerja. Hal ini pada akhimya akan menyadarkan siswa bahwa
semua perilaku positif akan mendatangkan keuntungan dan tentu juga akan
menyadarkan siswa akan pentingnya berwirausaha.
Persepsi siswa
tentang DUDI dan kecakapan siswa tentang PSG secara bersama-sama, memiliki
hubungan positif dengan sikap kewirausahaan. Artinya, jika persepsi siswa tentang DUDI positif, maka semakin tinggi
tingkat kecakapannya tentang program
PSG yang dilaksanakan oleh SMK. Dan semakin tinggi tingkat kecakapan siswa tentang program PSG di SMK, akan mendorong sikap
kewirausahaan siswa tersebut ke arah yang positif juga. Dengan perkataan
lain, diduga terdapat hubungan positif antara persepsi siswa tentang DUDI dan
kecakapan siswa tentang program PSG, secara bersama-sama dengan sikap
kewirausahaan siswa.
5. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa tentang
DUDI dengan sikap kewirausahaan siswa.
2.
Terdapat pengaruh positif antara kecakapan siswa
tentang PSG dengan sikap kewirausahaan siswa.
3.
Terdapat pengaruh positif kreatifitas kerja guru dengan
sikap kewirausahaan siswa.
4.
Terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa tentang
DUDI, kecakapan siswa tentang PSG dan mata pelajaran produktif secara
bersama-sama dengan sikap kewirausahaan siswa.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian
yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Penelitian
ini tergolong penelitian korelasional yang sifatnya melukiskan hubungan antara
variabel Persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri (X1), dengan
Sikap kewirausahaan siswa (Y); melukiskan hubungan antara. variabel Kecakapan
siswa tentang PSG (X2) dengan Sikap kewirausahaan siswa (Y);
melukiskan hubungan antara pelajaran produktif (X3) dengan
Sikap kewirausahaan siswa (Y), dan melukiskan hubungan antara Persepsi siswa
tentang Dunia Usaha/Industri (XI) , Kecakapan siswa tentang PSG (X2)
dan mata pelajaran produktif (X3) secara bersama-sama dengan
Sikap kewirausa-haan siswa (Y).
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan angket Rating Scale yang dibuat berdasarkan kisi-kisi dari
variabel-variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer, karena
pengukuran langsung dilakukan pada responder.
Konstelasi
hubungan yang mengaitkan variabel-variabel penelitian Persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri (X1),
variabel Kecakapan siswa tentang PSG (X2), kreatifitas kerja guru (X3), dan variabel Sikap kewirausahaan
siswa (Y) digambarkan sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
Gambar
3. Konstelasi Pengaruh antara Variabel Persepsi Siswa tentang Dunia
Usaha/Industri (XI), Variabel Kecakapan Siswa dalam Program PSG (X2)
dan Variabel Mata Pelajaran Produktif (X3) dengan Variabel Sikap
Kewirausahaan Siswa (Y)
Keterangan: X1
= Persepsi siswa tentang DUDI
X2
= Kecakapan siswa tentang program PSG.
X3 = Mata Pelajaran Produktif.
Y = Sikap kewirausahaan
siswa
S =
Variabel lain
Berdasarkan konstelasi yang digambarkan di atas, dapat diketahui bahwa
persepsi siswa tentang Dunia Usaha/Industri (X1) dan variable
Kecakapak Siswa tentang Program PSG (X2), Kreatifitas Kerja Guru (X3)
merupakan variable bebas (predictor), sedangkan variable Sikap Kewirausahaan
Siswa (Y) sebagai variable terikat (kriterium).